Ibu Ani, guru bahasa inggris kelas XII di SMK Negeri 8 Panderman, mula-mula menjadirisau karena hany 10 dari 40 siswa dikelasnya yang mau menjawab dengan bahasa inggris,jika guru mengajukan pertanyaan. Siswa lain selalu diam kalau ditanya atau berpura-pura tidak mendengar pertanyaan guru. Ibu Ani sering kesal dan elanjutkan pelajaran tanpa menghiraukan anak-anak yang tidak mau menjawab tersebut. Jika tidak ada yang menjawab, Ibu ani biasanya meneruskan pelajarannya dengan meminta para siswa membaca wacana yang ada dalam buku pelajaran, kemudian menjawab pertanyaan yang ada dibuku secara tertulis.
Jawaban siswa diperiksa bersama-sama, sambil sekali-sekali memberi perhatian pada grammar, jika siswa salah menulis jawabannya. Dengan cara ini, Ibu Anipun melupakan kerisauannya. Keadaan ini berlangsung sepanjang semester tanpa ada upaya perbaikan. Hasil tes bahasa inggris para siswa sedang-sedang saja karena tes yang diberikan berupa tes pemahaman bacaan dan grammar. Namun, ketika ada tamu asing yang kebetulan berkunjung ke SMK tersebut, tidak seorangpun dari siswa Bu Ani yang berani menjawab pertanyaan tamu tersebut, apalagi bertanya. Hal ini menyebabkan Bu Ani dipanggil oleh kepala sekolah, dan diminta untuk berupaya agar para siswa mampu berbahasa Inggris, meskipun yang paling sederhana. Kejadian ini membuat kerisauan yang dulu pernah muncul, dirasakan kembali oleh bu Ani.