Teknik dan Sikap Pranatacara, Pamwacana, dan Pamedar Sabda

Teknik dan sikap Pranatacara, Sesorah, Pidato dalam berbagai acara....
ambar

Teknik dan Sikap Pranatacara

Di dalam upacara-upacara  tradisi semisal: khitanan, lamaran, serah-terima pengantin, tukar cincin, ijab-qabul, dan pesta (resepsi), seorang pemilik hajat selalu mengundang Pranatacara (Master of Ceremony), Pamwacana (Pemberi sambutan), dan Pamedar Sabda (tukang pidato/ pemberi nasihat) untuk mengsukseskan acara tersebut dari awal hingga akhir. 

Karena perannya sangat penting dalam mengsukseskan acara, seorang Pranatacara, Pamwacana, dan Pamedar Sabda harus memiliki kemampuan untuk mengemban tugasnya dengan baik. Untuk bisa tampil maksimal dan profesional, Pranatacara, Pamwacana, dan Pamedar Sabda harus menguasai bahasa Jawa secara baik dan benar, serta tampil memikat di hadapan audience tanpa meninggalkan etika kejawaan.

Teknik Berbicara

Untuk menjadi Pranatacara, Pamedar sabda, dan pamwacana harus menguasai teknik dalam berbicara. Lantas bagaimana teknik berbicara agar dapat tampil menarik di hadapan para hadirin?

baca juga: Cara Menjadi Pranatacara Profesional

Berkaitan dengan teknik berbicara, terdapat beberapa istilah yang layak dipahami. Berbagai teknik berbicara yang seharusnya dipraktikkan oleh Pranatacara, Pamedar sabda, dan pamwacana tersebut meliputi artikulasi, tempo, dinamik, stressing, dan irama.

1. Artikulasi

Artikulasi adalah teknik berbicara yang memiliki hubungan dengan kejelasan pada setiap pengucapan kata (a-e-u-i-o)-nya. Dengan artikulasi jelas, apa yang dikatakan oleh Pranatacara, Pamedar sabda, dan pamwacana dapat terdengar jelas pula oleh para hadirin.

2. Tempo

Tempo adalah teknik berbicara yang berkaitan dengan lambat-cepatnya kata-kata. Seorang Pranatacara, Pamedar sabda, dan pamwacana yang menguasai teknik tempo dalam bicaranya akan meiliki daya tarik tersendiri. Karena apa yang disampaikan tidak terkesan monoton dan membosankan.

3. Dinamik

Dinamik adalah teknik berbicara yang berhubungan dengan lembut-kerasnya kata-kata. Sebagaimana teknik tempo, Pranatacara, Pamedar sabda, dan pamwacana yang telah menguasai teknik dinamik akan mampu menjadikan pengucapannya tidak membosankan.

4. Stressing

Stressing adalah teknik berbicara yakni menekankan salah satu (beberapa) kata penting dalam satu kalimat. Dengan menguasai teknik sressing, seorang Pranatacara, Pamedar sabda, dan pamwacana akan dapat menyampaikan inti dari yang diucapkan. 

5. Irama

Irama adalah teknik berbicara yang memadukan antara teknik tempo, dinamik, dan stressing. Bila mapu menguasai teknik irama; maka seorang Pranatacara, Pamedar sabda, dan pamwacana akan mampu tampil dengan mempesona. 

Dengan demikian, seluruh teknik berbicara harus dikuasai oleh Pranatacara, Pamedar sabda, dan pamwacana. Untuk menguasai seluruh teknik tersebut, Pranatacara, Pamedar sabda, dan pamwacana harus selalu melatihnya secara rutin. 

Di samping itu, seorang Pranatacara, Pamedar sabda, dan pamwacana yang ingin mendapatkan vokal jernih harus rajin mengunyah kencur dan mengonsumsi minuman jeruk (lemon atau nipis). Hal ini dapat membantu kita dalam menjernihkan kualitas vokal. 

Sikap 

Selain etika dan teknik berbicara; terdapat satu hal yang layak diperhatikan oleh Pranatacara, Pamedar sabda, dan pamwacana yakni sikap saat menunaikan tugasnya. Agar sikap selalu baik dan benar di hadapan para hadirin; maka hindari beberapa sikap buruk, seperti berikut ini:

1. Mengangkat salah satu kaki

2. Berdiri dengan kedua kaki sangat merapat

3. Berdiri dengan kedua kaki mengangkang

4. Berdiri dengan tubuh loyo

5. Berdiri dengan tidak seimbang

6. Berdiri dengan bersandar pada tempat bicara

7. Berdiri tidak nyaman

8. Berdiri kaku

9. Berdiri tanpa memperhatikan tempat berpijak

10. Banyak bergerak

11. Sering menggerakkan salah satu bagian tubuh

12. Menggerakkan salah satu bagian tubuh namun tidak sesuai dengan yang dikatakan

13. Sering menggaruk-garuk tubuh semisal wajah atau kepala

14. Sering melihat catatan

15. Memasukkan tangan di dalam saku celana

16. Tidak memperhatikan orang-orang yang mendengarkan

17. Menyatukan kedua tangan di tubuh bagian belakang

18. Tertawa yang dibuat-buat

19. Sering tersenyum

20. Berwajah muram

21. Menunduk

22. Sering menengadah

23. Gugup.

Contoh Atur Pambuka Panatacara Pasrah Panampining Lamaran

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Panjenenganipun para sesepuh, para pinisepuh ingkang hanggung mastuti dhumateng pepoyaning kautaman ingkang pantes pinundhi, para duta saraya saking kadang besan sutresna ingkang pantes kinurmatan, para lenggah kakung putri, kadang wredha ingkang winantu ing suka basuki.

Mradapa keparengipun Bp. ... sekaliyan sumrambah para kulawangsa ing kalenggahan punika kula piniji pinangka pambiwara wontenipun upacara pasrah panampining upakarti miwah lamaran kinarya jejang keping tata cara salaki rabi.

Namung saderengipun kula ngaturaken urut reroncening adicara ingkang sampun karakit dening para kulawarga, cundhuk kaliyan kuncaraning bangsa ingkang linambaran agunging Pancasilasumangga nun kula dherekaken ngaturaken puji syukur wonten ngarsa dalem Allah Ingkang Maha Agung, awit ageng barokah saha rahmat ingkang sampun kaparingaken dhumateng panjenengan sedaya dalasan kula.

Sinawung raosing syukur, mugi lampahing adicara pasrah panampi lamaran saha upakarti pinangka jejangkeping palakrama tansah pinaringan rahayu tebih ing sambekala.

Nun inggih para tamu kakung putri ingkang sinuba ing pakurmatan, keparenga panatacara murwani lekasing sedya ingkang punika enggal badhe binuka lampahing upacara pasrah panampi kanthi ngaturaken reroncening adicara ingkang rinantam para kulawangsa.

baca juga: Pengertian, Ciri, Jenis, Parafrase, Teknik Membaca dan Menulis serta Contoh Geguritan

Binuka atur pambagyaharja saking ingkang hamengku gati dening pangarsaning duta saraya pinangka sulih salira saking badhe/ calon kadang besan. Atur panampi dening tetuwangga ingkang pinangka sulih saliranipun bapak .... ingkang mengku gati. Kaleksananing adicara liru kalpika (menawi wonten). Tanggap wacana sawetawis saking pinisepuh ingkang tumuju dhumateng kasaenan (menawi wonten). Paripurnaning sedya hambok bilih ing mangke wonten pratandha saking kulawarga minangka paran para.

Makaten para tamu saha para lenggah urut reroncening tata adicara pasrah lamaran ingkang sinanggit dening para kulawarga, kasuwun wontena suka lilaning penggalih para lenggah tansah hanjenengi ngantos dumugi purnaning gati.

Nuwun, matur nuwun

Wassalamu’alaikum wr.wb


Tulisan swargi Ki Sayuti Anggoro ini termuat dalam buku Pengantar Panatacara Griya Jawi Semarang pada tahun 2016.

Posting Komentar

Cookie Consent
Kami menyajikan cookie di situs ini untuk menganalisis lalu lintas, mengingat preferensi Anda, dan mengoptimalkan pengalaman Anda.
Oops!
Sepertinya ada yang salah dengan koneksi Anda. Harap sambungkan dan mulai menjelajah lagi.
AdBlock Detected!
Kami mendeteksi Anda menggunakan adblocking di browser Anda.
Pendapatan yang kami peroleh dari iklan digunakan untuk mengelola situs web ini, kami mohon Anda memasukkan situs web kami ke 'whitelist' di adblocking Anda.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.
close