Hasil karya sastra berbahasa Jawa banyak sekali, salah satunya yaitu geguritan. Mempelajari geguritan itu menyenangkan. Oleh karenanya, dalam kesempatan ini kalian diajak belajar tentang geguritan. Apa definisi geguritan? Apa saja unsur pembangun geguritan? Bagaimana cara menulis dan membaca geguritan yang benar? Nah, untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari perhatikan artikel di bawah ini.
baca juga: Kumpulan Latihan Soal UAS Semester 1 Kelas XII SMA
1. Pengertian Geguritan
Geguritan adalah salah satu karya sastra jawa yang berwujud puisi. Kata geguritan berasal dari kata gurit yang memiliki arti tembang atau syair. geguritan merupakan wujud dari pikiran atau gagasan penulis. Bahasa yang digunakan dalam geguritan itu bahasa rinengga atau hiasan, figuratif yang indah serta bersifat konotatif, simbolis, dan memiliki lambang atau sandi karena menggambarkan imajinasi penulisnya. Bahasa didalam buritan tidak terikat kaidah bahasa secara umum. Menulis geguritan mempunyai kelonggaran dan bebas dari kaidah bahasa yang disebut lisensia puitika.
baca juga: Unsur-unsur Pawarta, berita dalam bahasa Jawa
1) Unsur-unsur Pembangun Geguritan
Geguritan termasuk ciptaan atau karya sastra yang memiliki gaya baca berbeda tergantung isi dari geguritan tersebut. Ada yang menyebut geguritan itu syair jawa baru atau puisi jawa gagrak anyar. Unsur-unsur pembangun yang ada dalam geguritan ada dua yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik.
a. Unsur intrinsik
Unsur intrinsik geguritan adalah unsur yang bisa ditemukan dan dilihat dalam geguritan tersebut. Unsur geguritan meliputi:
1. Tema yaitu masalah utama yang diangkat di dalam geguritan.
2. Amanat yaitu pitutur, nasihat dan falsafah yang akan disampaikan penulis kepada pembaca.
3. Nada dan rasa yaitu rasa pangrasa atau perasaan yang dialami penulis yang digambarkan di dalam geguritan
4. Diksi yaitu pemilihan kata yang indah dalam geguritan
5. Rima yaitu pengolahan suara untuk mewujudkan keindahan yang ada dalam geguritan
6. Ritmik atau ritme yaitu panjang pendek, tinggi rendahnya nada ketika geguritan itu dilisankan atau dibaca
b. Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik yaitu unsur pembangun geguritan yang berupa keadaan subjektivitas penulis tentang cara pengiasan penulis serta sebab musabab penulis menciptakan geguritan tersebut. Unsur intrinsik dapat berupa keadaan social, psikologi, ekonomi bahkan pendidikan dari penulis tersebut. Singkatnya, unsur ekstrinsik adalah unsur yang melatarbelakangi penulis melahirkan karya sasta geguritan.
baca juga: harga readymix Depok terbaru
2) Ciri-ciri Geguritan
Untuk membedakan dengan karya sastra lain, geguritan mempunyai ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri geguritan secara umum yaitu
1. tidak memiliki atau menggunakan patokan/ pedoman tertentu.
2. bukan bahasa sehari-hari. Bahasa yang digunakan dalam geguritan bukanlah bahasa sehari-hari. Akan tetapi, hal ini tidak menjadi patokan khusus. Sebab, di zaman modern ini banyak geguritan yang sudah menggunakan bahasa sehari-hari.
3. menggunakan kata-kata yang terpilih atau pilihan diksi yang tepat.
4. jumlah baris tidak ditentukan. Berbeda dengan tembang atau syair macapat yang punya patokan, jumlah baris dalam geguritan lebih bebas.
5. isinya bermutu,
6. jarang menggunakan kata hubung
baca juga: Deskripsi Gamelan dalam Bahasa Jawa
3) Jenis Geguritan
Berdasarkan bentuk bahasa, geguritan dibedakan menjadi dua macam yaitu geguritan gagrak lawas (bentuk kuno) dan geguritan gagrak anyar (bentuk baru). geguritan gagrak lawas mempunyai ciri sebagai berikut.
a. Menggunakan pembuka sun anggurit atau sun gurit.
b. Jumlah baris tidak kurang dari 4
c. Jumlah suku kata satu dengan yang lainnya sama
d. Menggunakan purwakanthi swara atau menggunakan nada yang runtut
Adapun ciri geguritan gagrak anyar sebagai berikut.
a. terbagi menjadi bait atau pada
b. setiap kalimat ganti baris atau Gatra
c. kata yang digunakan atau kalimatnya ringkas
d. tema atau pokok cerita susah dipahami
e. ada yang menggunakan purwakanthi dan ada yang tidak menggunakan
f. ekspresi dan perasaan penulis bebas
Berdasarkan jumlah kata atau kalimat, geguritan dibedakan menjadi berikut.
a. Gita dwi gatra yakni geguritan yang terbentuk dari 2 baris setiap bait.
b. Gita tri gatra yakni geguritan yang terbentuk dari 3 baris setiap bait.
c. Gita catur gatra yakni geguritan yang terbentuk dari 4 baris setiap bait.
d. Gita Panca gatra yakni geguritan yang terbentuk dari 5 baris setiap bait.
e. Gita sad gatra yakni geguritan yang terbentuk dari 6 baris setiap bait.
f. Gita Sapta gatra yakni geguritan yang terbentuk dari 7 baris setiap bait.
g. Gita Hasta gatra yakni geguritan yang terbentuk dari 8 baris setiap bait.
h. Gita Nawa gatra yakni geguritan yang terbentuk dari 9 baris setiap bait.
4) Teknik Parafrase Geguritan
Pada dasarnya, teknik parafrase geguritan maupun tembang itu sama. Untuk lebih jelasnya silakan simak pengertian di bawah ini.
a) Pengertian Parafrasa
Parafrasa merupakan istilah linguistik yang mempunyai arti menceritakan/menyampaikan kembali sesuatu teks/konsep dengan cara lain, dengan bahasa yang sama tetapi tidak mengubah maknanya. Menurut KBBI, parafrasa adalah menyampaikan ulang salah satu teks dalam wujud lain dengan maksud untuk menjelaskan makna yang tersembunyi. Kata parafrasa berasal dari bahasa Inggris paraphrase dan bahasa Latin paraphrasis, yang berarti “cara tutur tambahan”. Parafrasis atau menarasikan memiliki arti cara membuat gancaran (prosa).
Untuk bisa membuat parafrase, para pembaca harus tahu apa yang di maksud topik teks geguritan. Kemudian para pembaca harus menemukan gagasan-gagasan setiap baris dalam satu bait. Kata tambahan yang terkadang berupa ilustrasi bisa diabaikan. pendek kata, seandainya menggunakan kutipan langsung atau kalimat langsung bisa dirubah menjadi tidak langsung. intinya bahasa yang ringkas.
b) Tata Cara Parafrase Geguritan
Secara umum ada dua cara memparafrasekan geguritan. Kedua cara tersebut adalah sebagai berikut.
- Membuat parafrasa terikat yaitu merubah geguritan menjadi wujud gancaran atau prosa dengan cara menambah beberapa kata dalam geguritan tersebut. Hal ini dilakukan supaya baris kalimat dalam geguritan mudah dimengerti. Semua kata-kata dalam geguritan masih utuh, tidak diganti atau dihilangkan dan tetap digunakan di dalam parafrasa tersebut.
- Membuat parafrasa bebas yakni merubah geguritan menjadi wujud prosa dengan kalimat pribadi. Adapun kata-kata yang semula ada dalam geguritan bisa digunakan bisa juga tidak. secara ringkas dapat diartikan setelah membaca geguritan tersebut sampai selesai kemudian diceritakan ulang menggunakan bahasa pribadi/ sehari-hari.
Secara terperinci langkah-langkah nggancarake atau memparafrasekan geguritan seperti berikut.
- a. Pembaca harus mengerti terlebih dahulu makna geguritan yang akan digancarkan dengan cara pembacaan hermeneutik atau membaca berkali-kali sampai paham.
- b. Mencari dan menemukan kata-kata yang memuat makna tidak langsung, majas (pasemon, pepindhan) perumpamaan, simbolik atau sejenisnya kemudian mengartikan kata-kata tersebut.
- c. Menulis ulang kata-kata yang sengaja dihilangkan oleh penulis. Hilangnya kata disebabkan untuk menimbulkan keindahan bahasa dalam geguritan Walaupun demikian kata-kata yang hilang tadi tidak mengubah arti
- d. Menyusun kata-kata dalam geguritan menjadi gancaran atau prosa yang lengkap yang terdiri dari kalimat utuh atau minimal memiliki subjek (jejer) predikat (wasesa).
Jika kita amati tata cara terebut, yang dimaksud paraprase tidak lain adalah mengganti geguritan yang berbentuk puisi menjadi gancaran atau berbentuk prosa. Maksudnya adalah geguritan yang semula harus bergantung pada aturan geguritan berubah menjadi gancaran yang harus ikut pada aturan gancaran atau prosa.
baca Juga: Deksripsi Pakaian Tradisional Jawa
5) Teknik Membaca dan Menulis Geguritan
a. Teknik Membaca Geguritan
Geguritan bisa digunakan untuk menyampaikan isi hati dan memberikan pesan, pengingat serta nasehat kepada yang membaca. Amanat geguritan akan lebih gampang dicari dengan cara diparafrase terlebih dahulu. Seperti yang diungkapkan di atas, parafrase geguritan maksudnya adalah proses merubah geguritan menjadi wujud gancaran atau paragraf dengan tujuan supaya makna geguritan lebih jelas dan gamblang. Dengan membaca atau mendengarkan geguritan kita bisa:
- 1. Menemukan makna yang ada dalam geguritan
- 2. Menentukan alasan yang menjadikan geguritan itu indah
- 3. Membuat gambaran atau imajinasi kepada geguritan yang dibaca atau didengarkan
Yang harus diperhatikan dalam mencari nasihat geguritan yaitu:
- 1. membaca naskah dengan cermat
- 2. mengira-ngira kata-kata yang dihilangkan kemudian mengembalikannya
- 3. melihat jika ada majaz (pasemon) atau perlambang yang digunakan
- 4. menafsirkan makna pasemon atau perlambang
- 5. merangkai kalimat kalimat dari hasil penelitian dalam gancaran
Adapun yang berhubungan dengan teknik membaca geguritan yaitu:
- a. lafal yaitu mengucapkan kata dengan jelas atau benar
- b. intonasi yaitu tinggi rendahnya suara nada
- c. irama yaitu cepat pelannya pengucapan kata-kata
- d. gestur yaitu gerakan tubuh mengikuti suasana yang diharapkan dari geguritan
- e. mimik yaitu ekspresi wajah yang sesuai dengan isi geguritan tersebut.
Secara ringkas, Sebuah geguritan dapat dinilai dengan memperhatikan empat hal berikut.
- 1. Wirama atau irama. Irama harus diperhatikan ketika membaca guritan seperti keras pelan jelas atau samar dan lain sebagainya. ketika membaca geguritan yang memiliki arti semangat harus dengan suara keras, berbeda ketika membaca geguritan yang berisi kesusahan harus pelan, halus dan penuh rasa kasihan.
- 2. Wirasa atau suasana hati isi geguritan harus dimengerti maksud tujuannya. kemudian saat kita membaca harus menyelaraskan dengan isi geguritan. Maksudnya adalah ketika susah, senang, wibawa, menyesal, marah, dan lain sebagainya harus sesuai wirasanya.
- 3. Wiraga atau obahing awak. Maksudnya dari wiraga adalah ketika kita membaca geguritan, badan jangan kaku, luwes, santai, tidak dibuat-buat, menggerakkan bagian tubuh untuk membangun suasana. Mimik wajah harus selaras dengan isi geguritan tapi biasa saja jangan keterlaluan.
- 4. Wicara atau lafal pelafalan. Ucapan harus jelas ketika membaca aksara swara, suku kata dan kata.
b. Teknik Penulisan Geguritan
Setelah materi membaca selesai, sekarang kita menuju teknik menulis geguritan. Adapun teknik cara menulis geguritan adalah sebagai berikut.
a. Menentukan tema atau underane geguritan.
b. Memilih kata yang berisi dan memiliki bobot sastra
c. Menyusun kalimat dengan ringkas, mebaginya dalam bait atau pada.
d. Menggunakan bahasa yang indah. jika diperlukan, bisa menggunakan purwakanthi basa atau sastra supaya enak dibaca dan mudah dihafalkan untuk panyandra atau pepindhan.
e. Menggunakan tembung andhahan atau kata turunan yang menggunakan ater-ater, seselan atau dwilingga atau dwipurwa
f. setelah selesai, koreksi dengan membaca berulang kali. Hal ini digunakan untuk mengukur cocok tidaknya dengan tema. jangan sampai seperti prosa yang dipotong dan disusun menjadi bait.
g. menggunakan judul yang bagus menarik perhatian para pembaca.
h. antara judul dan isi harus semakna atau berkaitan.
6) Contoh Geguritan
Eling
Ainul Lela T.W
Kelingan pas isih cilik
Tansah gendong rono-rene
Tansah ngiringi awakku
Saben dina,saben wektu,lan saben tahun
Mbok,
Pituturmu kang alus
Bakal dakrungu
Kesabaranmu kang gede
Ora bakal daklalekake
Matursuwun mbok,
Tresna lan pandongamu ora bakal puput
Sliramu tansah ana ning ati
Mugi-mugi gusti tansah nyembadani
Ibu
Ainun Sonya
Ibu...
Rasa asih lan tresnamu
Tansah nancep ing atiku
Kesabaran kang ora ana batese
Ngadepi ndablegke anakmu iki
Ibu...
Menawa kalakuanku ala
piwelingmu tansah ngiringi
jasa lan pengorbananmu
nora bisa dak laliake
Ibu . . .
Mungkin aku ora bakal bisa bales kabeh pengorbananmu
nanging aku mung bisa dunga
Marang Gusti Ingkang Kuwasa
Mugi tansah paring kesehatan
ugi paring rezeki
ILING MARANG ALAMMU
Aisyah Aufad
Ing jaman saiki
Kabeh wis padha ora peduli
Bisane mung mikir awake dhewe
Alam kang endah wis ora digagas
Alam kang asri ora tau dijaga
Alam kang lestari wis padha rusak
Mergo ulahe manungsa
Sing ora tanggung jawab
Bayangno alam kang ijo royo-royo
Saiki dadi ora karuan
Bayangno alam kang endah ciptaan sing kuasa
Saiki dadi ora kerumat
Ayo para manugsa saiki sadar
Pentinge jaga alam iki
Alam kang akeh manfaate
Alam kang iso nggugah semangat urip
Puji syukur marang Gusti
Marang kaendahan alam kang diciptake
Sing kudu dijaga lan dirawat lestariane
Tanpa ngerusak lan ngilangke kaendahane
Sekolah
Aisyah Yulianti
Sekolah
Papan kanggo golek ilmu
Papan kang paling aku tresnani
Ing sekolah
Aku ketemu karo kanca-kancaku
Sing nggawe atiku bungah
Susah seneng dewe lakoni bareng
Ing sekolah
Aku ketemu bapak ibu guru
Kang ngajari aku kanthi sabar
Wektu sekolah bakal tansah aku eling ing dina tuwaku
Indahing alamku
Ajeng Sekar P
Surya kang nyembul ing wayah esuk
Nyinari donya
Anggawe rasa tentrem
Ngawali esuk anuju kagambiran
Gunung gunung kan njulang
Ngawe awe ing angkasa
Suara nyanyi manuk manuk
Anggawe ati damai
Wit witan kang podo nari
Lan banyu kang lagi mili
Ngliwati lepen lepen cilik
Nambahake tentreming ati
Mula kui kita kudu akeh syukur
Marang Gusti Ingkang Maha Agung
Kita kudu jaga
Supaya alam iki tetep endah
KAENDAHAN ALAM
Akmal Nafis
Aku ngadeg ing dhuwur arga
Ngadeg ing ngisor langit
Ombak - ombak ning segara
Awan sing obah-obah
Alam, gawe aku tresna
Gawe aku betah marang kaendahanmu
Gusti, becik banget gawean Mu
Kula syukuri marang gawean Mu
Manungsa, aja nganti kowe rusak alam iki
Kebak sing butuh, kebak sing gelem
Matur nuwun Gusti
Marang alam sing endah iki